Anak bukan kuda delman
Perlu untuk dipahami pada dasarnya Setiap manusia itu unik begitu juga anak ,setiap anak punya kecerdasan yang berbeda-beda , ada yang cerdas dan berbakat dalam bidang matematika, spiritual, verbal, linguistik adapula yang cerdas dalam bidang seni. Anak Yang pandai matematika belum tentu berbakat dalam bidang seni, dan anak yang berbakat dalam bidang seni belum tentu pandai matematika. Itulah realitanya bahwa kecerdasan anak sulit disamakan. Kita tidak bisa memaksakan anak untuk fokus meraih kecerdasan pada suatu bidang mata pelajaran yang bisa jadi bukan minat dan bakatnya, ini harus diperhatikan oleh orangtua . Anak harus dihargai dan difasilitasi untuk mengembangkandiri sesuai bakatnya. Anak bukanlah kuda delman yang harus ditutup pandangan sekelilingnya serta diberi tali kemudi agar berjalan sesuai dengan keinginan sang kusir. Kuda delman dikondisikan untuk terus berjalan sesuai arahan kusir tanpa diberi kesempatan melihat sekeliling dan kesempatan bergerak sesuai dengan minatnya , begitu juga anak yang dipaksa untuk menekuni sesuatu yang tidak ia minati, mungkin sajadapat berhasil bisa juga tidak namun ketika anak tidak berminat kecil kemungkinan bagi mereka untuk berhasil. Untuk dapat berkembang anak butuh kebebasan untuk menemukan minat dan bakatnya,mencari jati diri dan menyusun masa depannya, selama apa yang dilakukan tidak melanggar norma dan masih dalam wilayah kebaikan biarkan anak berkreasi dalam bidang yang sesuai dengan bakatnya, hal ini akan membantu anak untuk memperoleh kepercayaan diri dalam mengembangkan kepribadian dan pengetahuannya untuk masa depan.
jika seorang anak ditekan untuk menguasai bidang yang sama sekali tidak dia minati atau dimana dia tidak berada dalam dominasi kecerdasan tersebut maka ketika anak mencoba untuk menggapai nilai apa yang diinginkan orangtua kemudian gagal dan mencoba lagi lalu gagal lagi sangat bahaya jika kemudian anak mengalami stress Dan merasa atau menganggap bahwa dirinya bodoh padahal hanya karena gagal dalam satu atau dua mata pelajaran namun sesungguhnya ada bakat lain yang sangat memiliki potensi besar untuk masa depannya ditambah lagi sikap orangtua yang hanya mau tau hasil tanpa ikut membantu proses belajarnya, banyak sekali orangtua yang meninggalkan anaknya bekerja tanpa peduli akan pendidikanya padahal keluarga adalah sekolah yang utama dan ibu adalah guru yang pertama bagi anak, perlu di tekankan kembali bahwa memandang kecerdasan anak tidak dapat hanya dari satu sisi satau satu bidang matapelajaran saja. Ada pernyataan albert einstein yang sangat familiar yang mengatakan bahwa “setiap anak jenius, tetapi jika anda menilai ikan dari kemampuannya memanjat pohon, seumur hidup dia akan menganggap dirinya bodoh” dari pernyataan tersebut jika kecerdasan anak dinilai hanya dari satu mata pelajaran saja dimana itu bukan kemampuan terbaiknya maka bisa jadi seumurhidup dia akan merasa bodoh. misalkan seorang anak gagal dalam satu bidang mata pelajaran kemudian sebagai orang tua melabeli mereka bodoh kemudian sampai sang anak sendiri menganggap dirinya bodoh dan selamanya akan tetap bodoh itu merupakan sesuatu yang sangat buruk bagi perkembangan mental anak. Anak akan merasakan kesulitan dalam mencari jati diri, kemudian dampak terburuknya adalah mencari penghargaan dan perhatian sosial melalui hal negatif seperti narkoba,pertikaian atau pergaulan bebas lainya . Sebagai orangtua tugas terpenting adalah sebagai fasilitator bagi anak, orangtua harus membantu anak menemukan bakatnya lalu mengembangkanya , bukan memberi target anak untuk berbakat pada bidang apa yang orangtua inginkan seolah-olah hanya ada satu hal yang bisa mencerminkan sebuah kecerdasan dan bakat yang lain dikesampingkan, itu persepsi yang keliru.
Yang penting dalam pendidikan anak bukan berapa nilai yang didapatkan anak tetapi bagaimana anak memperoleh nilai tersebut ,berhenti untuk memuja angka dan beralih untuk mengejar makna. nilai tinggi tetapi hasil mencuri tidak akan bermanfaat bagi anak karna anak tidak tahu prosesnya anak tidak mengetahui apa yang ia pelajari, hanya berfikir yang terpenting mendapat nilai bagus entah darimana dan bagaimana caranya. Yang harus dihargai dalam pendidikan anak adalah besar peningkatannya bukan besar angkanya, yang patut dibanggakan adalah anak yang semula tidak bisa menjadi bisa, bukan dari nilai 30 ke 100. Banyak persepsi yang keliru, tidak hanya orang tua namun semua pihak yang berperan dalam dunia pendidikan hendaknya berorientasi pada proses bukan hasil.
Jadikan awal tahun semester nanti sebagai kejutan bagi anak dimana sebagai orang tua kita mampu untuk mengerti kemampuan dan keinginannya serta mampu memfasilitasi sesuai bakatnya . setiap anak butuh kebebasan berekspresi dalam pembelajaran bermakna sesuai dengan bakat dan minatnya, tugas orangtua mendukung bukan menyetir dan memprogram karna anak bukan kuda delman anak adalah generasi pembelajar yang butuh ruang untuk merdeka belajar.

Comments
Post a Comment